Langsung ke konten utama

Rules & Mentality

Setiap orang pasti mempunya peraturan yang dibuat oleh dirinya sendiri, untuk mengatur kehidupan sehari-harinya agar dapat berjalan sesuai dengan keinginannya. Apabila diri sendiri saja diperlukan peraturan, apalagi sebuah negara. Peraturannya pun pasti banyak sekali, tergantung hal apa yang perlu di buat aturan. Dalam hal ini, saya ingin membahas mengenai peraturan di jalan raya dan juga transportasi umum.

Peraturan dibuat untuk dilanggar. Pasti kita semua pernah mendengar orang berkata hal seperti ini. Sungguh ironi memang, peraturan dibuat untuk menjaga sesuatu agar tidak beraturan dan tetap pada alur yang sebenarnya, namun masih banyak sekali orang yang menganggap bahwa peraturan itu ada hanya untuk dilanggar, terutama di Jakarta ini.

Ilustrasi Peraturan
(www.google.com)


Menurut saya, peraturan ini sangat erat kaitannya dengan mentalitas dari masyarakat daerah tersebut. Sebuah masyarakat yang mempunyai mental berpikiran jauh ke depan / visioner, mementingkan kepentingan orang banyak biasanya akan patuh dan taat pada peraturan, dimanapun dan kapanpun itu.

Lantas, kebalikannya justru terjadi di masyarakat Jakarta. Seperti yang kita alami sendiri, kemacetan di jalan raya bisa saya bilang 20% nya karena banyaknya jumlah kendaraan yang ada di jalan raya, dan 80% nya karena para pengendara yang tidak taat pada rambu lalu lintas. Pemerintah pun menurut saya mempunyai andil besar dalam hal ini, seharusnya pejalan kaki difasilitasi dengan infrastruktur yang memadai dan juga nyaman, selain itu juga memfasilitasi transportasi umum yang nyaman dan aman. Memang sekarang upaya pemerintah perlu diapresiasi, tapi pada kenyataannya masih jauh dari harapan.
Ilustrasi Macet
(www.google.com)

Mari kita ambil contoh dari negara tetangga, yakni Singapura. Kebetulan saya berkesempatan untuk mengunjungi Singapura, sekaligus mengamati perilaku masyarakat mereka selama di jalan raya dan juga di transportasi umum. Mari kita mulai dari perilaku berjalan di jalan raya, mereka mempunyai budaya apabila kita hendak berjalan pelan, maka harus berjalan di kiri, termasuk saat di eskalator, tujuannya agar memberi ruang di jalur sebelah kanan untuk orang-orang yang sedang tergesa-gesa.

Berlanjut ke jalan raya, saat hendak menyebrang pun, pejalan kaki harus memencet tombol di traffic light yang berfungsi untuk memberi tanda bahwa kita hendak menyebrang, maka kemudian rambu untuk pejalan kaki pun akan menyala hijau yang berarti kendaraan lain harus berhenti. Hebatnya, semua pejalan kaki menaati hal ini, selama saya disana saya tidak melihat ada yang menyebrang sembarangan atau pun pada saat lampu pejalan kaki menyala merah.

Salah satu perempatan besar di Chinatown, Singapura
(Dok. Pribadi)

Singapura terkenal dengan moda transportasi umum nya yang sangat tertata rapi dan sistematis, yakni MRT (Mass Rapid Transit) nya. Memang benar, saya sangat kagum dengan MRT ini, untuk mencapai satu tujuan ke tujuan lain yang berjarak jauh, mungkin hanya butuh paling lama 30 menit. MRT di Singapura sendiri menghubungkan seluruh kota, mulai dari bandara (Changi) hingga ke ujung Singapura. Kembali ke masalah mentalitas, masyarakat Singapura kembali sangat terlihat perbedaan mentalitasnya pada saat di MRT. Peraturan di MRT ini sangat seram menurut saya, ketika di dalam kereta, kita tidak boleh makan / minum, membawa gas yang mudah terbakar, dan tidak boleh membawa durian. Denda untuk masing-masingnya adalah SGD 500, SGD 1000, dan SGD 500. Coba dihitung sendiri apabila dikonversikan ke Rupiah, sangat besar nominalnya, dan peraturan itu juga tidak asal berbunyi, karena benar-benar dijalankan. Mungkin hal ini yang membuat masyarakat di Singapura taat pada setiap peraturan yang ada, di tambah mentalitas mereka yang sudah berpikir jauh ke depan dan juga untuk kepentingan orang banyak.

MRT & Stasiunnya
(Dok. Pribadi)

Apabila dibandingkan dengan masyarakat Jakarta dengan Singapura, memang sangat jauh berbeda. Menurut saya, masyarakat Jakarta sendiri bisa sampai seperti ini juga karena didikan dari para orang tua nya dahulu. Simpelnya, orang tua adalah sebuah teladan bagi anak-anaknya. Apabila orang tua melakukan hal yang negatif, pasti anak-anaknya akan mengikuti secara otomatis, dan juga kebalikannya. Oleh karena itu, marilah kita mulai dari diri sendiri, apakah kita sudah taat pada peraturan? Apakah kita siap memberikan contoh positif kepada orang banyak? Apakah kita siap untuk menjadi trendsetter dalam menaati peraturan? Yuk berubah!

-Michael-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurassic World, Perfect Nostalgia

Akhirnya setelah 22 tahun Jurassic Park dirilis pada tahun 1993, dan juga 14 tahun setelah Jurassic Park III dirilis pada tahun 2001, film yang dinanti-nanti oleh orang seperti saya muncul juga. Ya, Jurassic World akhirnya diputar di Indonesia mulai tanggal 10 Juni 2015 serempak di seluruh bioskop. WARNING, SPOILER ALERT!

FYI: Perbedaan Mendasar Katolik & Kristen Protestan

Menjadi perdebatan yang akan sangat panjang apabila membicarakan mengapa Katolik dan Kristen Protestan itu berbeda. Banyak sekali yang bertanya, bukankah Katolik dan Kristen Protestan itu sama? Mereka kan memuji Tuhan yang sama, sama sama pergi ke gereja setiap minggunya? Memang kelihatannya "sama", namun sebenarnya Katolik dan Kristen Protestan itu mempunyai banyak perbedaan yang signifikan. Berikut ini akan saya paparkan beberapa perbedaan mendasar yang saya kutip juga dari beberapa sumber yang menurut saya terpercaya dan yang selama ini saya pelajari.

Media Sosial dan Realita

Media Sosial merupakan sebuah inovasi dari teknologi yang memungkinkan masyarakat untuk berbagi dengan sesama, mulai dari foto, video, dan lainnya. Media sosial juga memudahkan para penggunanya untuk dapat saling berinteraksi tanpa harus bertemu satu sama lain, membelah dunia dan juga samudera. Kehadiran media sosial ini juga pastinya akan menghasilkan dampak di dalam masyarakat, baik itu positif maupun negatif. Kira-kira dampak apa saja yang dihasilkan oleh media sosial ini?